Selasa, 28 Februari 2017

                                               Laporan praktikum 

         " Pengaruh jenis kelamin terhadap kebutuhan O2 pada serangga "

                           Disusun untuk memenuhi laporan biologi

                                   Yang diampu oleh : Ririn H. S, S. Pd


                                    Disusun oleh :

                     1. Intan kumala sari (20)

                     2. Sri Lestari (33)

                     3. Winda eka dwi prastika (40)

                    4. Zainal Abidin (43)

                                  SMA NEGERI 1 JAKENAN 

                                  Jalan Jakenan -  Winong Km 1,5 Jakenan 

                            TAHUN PELAJARAN 2017 /2018






BAB I 
Pendahuluan
A.  Latar Belakang 
                Respirasi adalah suatu proses pengambilan O2 untuk memecah senyawa-senyawa organik menjadi CO2, H2O dan energi. Respirasi bertujuan untuk menghasilkan energi. Energi hasil respirasi tersebut sangat diperlukan untuk aktivitas hidup,  seperti mengatur suhu tubuh, pergerakan, pertumbuha dan reproduksi.  Karena hewan-hewan tingkat rendah (Avertebrata)  tidak memiliki alat pernapasan khusus,  sehingga oksigen dapat langsung masuk denga cara Difusi.  Untuk bernapas hewan-hewan tertentu memiliki alat pernapasan. Alat-alat pernapasan tersebut berperan dalam proses pemasukan oksigen dari lingkungan luar ke dalam tubuh, serta pengeluaran CO2 dari tubuh keluar lingkungan. Alat-alat pernapasan pada hewan berbeda-beda sesuai dengan perkembangan struktur tubuh dan tempat hidupnya. 
Serangga mempunyai alat pernapasan khusus berupa system trachea yang berfungsi untuk mengengkut dan mengedarkan O2 ke seluruh tubuh serta mengangkut dan mengeluarkan CO2 dari tubuh. Trachea memanjang dan bercabang-cabang menjadi saluran hawa halus yang masuk ke seluruh jaringan tubuh oleh karena itu, pengangkutan O2 dan CO2 dalam system ini tidak membutuhkan bantuan sitem transportasi atau darah.
B.  Tujuan 
              Mengetahui pengaruh jenis kelamin terhadap kebutuhan O2 pada serangga 
C.  Rumusan masalah 
Apakah pengaruh jenis kelamin terhadap kebutuhan O2  pada serangga ?
D. Hipotesis  : Ada pengaruh jenis kelamin terhadap kebutuhan O2  pada serangga

BAB II 
Kajian Pustaka 
Serangga merupakan kelompok hewan berbuku-buku dengan jumlah spesies yang sangat banyak. Serangga hidup di berbagai belahan bumi dan berjumlah lebih banyak dari total semua hewan berdarah panas. Serangga hidup di lingkungan darat dan kebanyakan memiliki sayap yang membuatnya mampu terbang dalam jarak tertentu. Organ pernapasan hewan-hewan yang hidup di lingkungan darat umumnya adalah paru-paru, namun serangga memiliki organ khusus yang lebih sesuai dan efektif untuk tubuhnya yang berukuran kecil. Organ pernapasan serangga adalah saluran-saluran udara yang disebut trakea.
Trakea merupakan saluran masuk udara dari luar tubuh yang lubangnya (spirakel) terdapat pada bagian bawah abdomen/ perut. Trakea akan membentuk percabangan yang disebut trakeola yang akan menjangkau hampir setiap sel-sel tubuhnya. Di ujung trakeola inilah akan terjadi pertukaran O2 dari luar tubuh dengan CO2 yang berasal dari dalam tubuh. Ujung trakeola memiliki semacam cairan yang akan membuat trakeola selalu basah agar proses difusi O2 dapat berjalan lancar.
Jalannya pernapasan pada serangga adalah udara bersih masuk tubuh serangga melalui spirakel, udara mengalir melalui trakea, udara kemudian mengalir menuju trakeola, terjadi pertukaran oksigen dan karbondioksida pada trakeola, udara kotor yang mengandung karbondioksida keluar tubuh dengan melewati trakeola dan trakea.
Tidak ada peran darah dalam proses pernapasan serangga. Hal ini karena ukuran tubuh serangga yang kecil dan saluran trakhea telah menjangkau seluruh bagian tubuhnya, sehingga tidak memerlukan bantuan darah untuk menyebarkan O2. Selain itu sistem peredaran darah serangga juga termasuk peredaran darah terbuka (tidak melewati pembuluh darah), darah mengalir di antara sel-sel tubuh untuk menyebarkan sari makanan.
Trakhea serangga tersusun atas zat khitin (bersifat kuat) yang memungkinkan lubang trakea selalu terbuka. Di beberapa tempat, trakea akan membentuk kantong udara untuk menjaga suplai udara yang lancar terutama pada organ-organ yang banyak membutuhkan O2.
Pada serangga kecil, pernapasan dapat berjalan tanpa bantuan kontraksi otot. Namun pada serangga yang berukuran besar, kontraksi otot diperlukan untuk menjaga suplai udara masuk ke dalam tubuh. Otaot-otot tubuh yang berkontraksi akan membuat kantong udara mengembang dan mengempis sehingga pertukaran udara dapat berjalan dengan lancar. Ketika terbang, serangga membutuhkan O2 yang lebih banyak dibandingkan ketika istirahat, otot-otot yang menggerakkan sayap juga akan membuat kantong udara mengembang dan mengempis untuk menjamin ketersediaan udara saat serangga terbang.
Karena saluran lubang pernapasan serangga berada di bagian abdomennya, memotong kepala serangga tidak akan membuatnya kehabisan napas. Oleh karena itu, kecoa yang dipotong kepalanya masih dapat hidup selama beberapa hari hingga akhirnya akan mati karena kehausan atau kelaparan.
 BAB III 
Metode penelitian 
A. Waktu dan Tempat 
             Pada penelitian  ini kita melakukan penelitian pada hari Kamis, 16 Februari 2017 di Laboratorium SMA Negeri 1 Jakenan.  
B. Popularsi dan Sampel 
Populasi : Jangkrik
Sampel : 3 jenis jangkrik jantan dan 3 jenis jangkrit betina
C.  Variabel Penelitian 
Variabel bebas  : Jenis kelamin
Variabel terikat : Kebutuhan O2 pada serangga
D.  Prosedur Penelitian 
 Alat dan Bahan 
1. Respirometer 
2. Pipet
3. Kristal NaOH 
4. Jangkrik 
5. Vaselin
6. Kapas
7.Larutan eosin  
8. Stopwatch 

Jangkrik Jantan

1. Bungkus NaOH dengan kapas,  masukkan ke dalam respirator! 
2.Masukkan serangga (Jangkrik)  ke dalam respirator,  tutup dengan pipa skala! 
3. Oleskan vaselin pada celah penutup tabung!
4. Tutup ujung pipa beskala dengan jari 1  menit, kemudian lepaskan! 
5. Masukkan 1 tetes eosin dengan menggunakan pipet! 
6. Amati dan catat perubahan eosin pada pipa berskala 1 menit selama 3 menit! (Pencatatan waktu dimulai ketika eosin pada posisi 0 mm) 
7. Masukkan data pada tabel pengamatan yang telah disediakan! 
Lakukan langkah 1 - 7 untuk pengambilan data kedua dan ketiga 

 Jangkrik Betina 
                   1.  Lakukan langkah 1-8 seperti pada jangkrik jantan! 
E.  Metode Pengambilan Data 
Pada praktikum ini dilakukan dengan metode pengamatan.
             
BAB IV
Hasil pengamatan 
Tabel hasil pengamatan 
A. Jangkrik Jantan 
Ulangan 
Skala kedudukan eosin tiap 1 menit 


I
II
III 

I
0,06
0,11
0,14

II
0,05
0,09
0,14

III
0,14
0,27
0,35










B. Jangkrik Betina 
Ulangan 
Skala kedudukan eosin setip 1 menit 


I
II
III

I
0,11
0,18
0,24

II
0,08
0,15
0,19

III 
0,03
0,09
0,12


BAB  V
Analisis dan Pembahasan 


A.  Analisis Data 





Jangkrik Jantan 
Ulangan 
Skala kedudukan eosin tiap 1 menit 


I
II
III

I
0,06
0,11
0,14

II
0,05
0,09
0,14

III
0,14
0,27
0,35

Rata-rata 
0,08
0,15
0,21



 Jangkrik Betina 
Ulangan 
Skala kedudukan eosin tiap 1  menit 


I
II
III

I
0,11
0,18
0,24

II
0,08
0,15
0,19

III
0,03
0,09
0,12

Rata-rata 
0,07
0,14
0,18


Berdasarkan percobaan yang kami lakukan didapatkan analisis data pengamatan yang berupa kenaikan dan penurunan laju pernafasan pada percobaan . 
Percobaan jangkrik jantan
Pada percobaan pertama kami lakukan di menit pertama pada jangkrik jantan yang berbeda diperoleh rata-rata perpindahan  eosin dengan  skala 0,08 ml. 
Pada percobaan ke dua,  kami lakukan di menit ke dua dengan jangkrik jantan yang berbeda diperoleh rata-rata perpindahan eosin dengan skala 0,15 ml. 
Pada percobaan ke tiga pada jangkrik jantan yang berbeda diperoleh rata-rata perpindahan eosin dengan skala 0,21 ml.  
  Percobaan jangkrik betina 
    Pada percobaan pertama kami lakukan di menit pertama pada jangkrik betina yang   berbeda diperoleh rata-rata perpindahan eosin dengan skala 0,07 ml. 
  Pada percobaan kedua kami lakukan di menit ke dua dengan jangkrik bentina yang berbeda diperoleh rata-rata perpindahan eosin dengan skala 0,14 ml. 
Pada percobaan ke tiga kami lakukan di menit ke tiga dengan jangkrik betina yang berbeda diperoleh rata-rata perpindahan eosin dengan skala 0,18 ml. 



B.  Pembahasan 
                 Insekta (serangga)  bernapas dengan menggunakan tabung udara yang disebut trakea. Udara keluar masuk ke pembuluh trakea melalui lubang-lubang kecil pada eksoskeleton yang disebut stigma atau spirakel.  Stigma dilengkapi dengan bulu-bulu untuk menyaring debu. Stigma dapat terbuka dan tertutup karena adanya katup-katup yang diatur oleh otot.  Tabung trakea bercabang-cabang ke seluruh tubuh.  Cabang terkecil berujung buntu dan berukuran 1 nanometer. Cabang ini disebut trakeolus, yang berisi udara dam cairan. Oksigen larut dalam cairan ini kemudian berdifusi ke dalam sel-sel  di dekatnya.  Jadi,  pada insekta,  oksigen tidak diedarkan melalui darah,  tetapi melalui Trakea.

 Mekanisme Respirasi pada serangga, Keluar masuknya udara ke dalam Trakea diatur oleh kontraksi otot perut.  Ketika otot kendur, volume perut normal dan udara masuk.  Ketika otot berkontraksi volume perut mengecil sehingga udara keluar.  
Udara masuk melalui empat pasang stigma abdomen.  Dengan demikian, udara yang miskin O2 tidak bercampur dengan udara kaya O2  yang masuk.  

  Fungsi NaOH Dalam percobaan ini digunakan NaOH yang berfungsi sebagai pengikat CO2 agar organisme (jangkrik) tidak menghirup CO2 yang dikeluarkan setelah jangkrik bernapas
Faktor dalam yang mempengaruhi respirasi diantaranya:
Berat tubuh, Semakin berat tubuh suatu organisme, maka semakin banyak oksigen yang dibutuhkan dan semakin cepat proses respirasinya.
Ukuran tubuh, Makin besar ukuran tubuh maka keperluan oksigen makin banyak.
Kadar O2, Bila kadar oksigen rendah maka frekuensi respirasi akan meningkat sebagai kompensasi untuk meningkatkan pengambilan oksigen.
Aktivitas, Makhluk hidup yang melakukan aktivitas memerlukan energi. Jadi semakin tinggi aktivitasnya, maka semakin banyak kebutuhan energinya, sehingga pernafasannya semakin cepat. 
  Faktor luar :
Temperatur
Kadar O2 di dalam udara
Konsentrasi CO2 dalam udara
Kelembaban
                  


         
BAB VI
Penutup
A.  Kesimpulan 
Bahwa laju respirasi jangkrik jantan lebih besar disbanding laju respirasi jangkrik betina. Namun karena jangkrik betina dan jangkrik jantan yang kami teliti ukurannya lebih besar jangkrik betina, maka laju respirasinya lebih besar jangkrik bentina.
Larutan eosin berfungsi sebagai indikator oksigen yang dihirup oleh organisme (jangkrik) pada repirometer.
Prinsip kerja respirometer adalah bahwa dalam pernafasan ada oksigen yang digunakan oleh organisme ada karbondioksida yang dikeluarkan olehnya. Jika organisme yang bernapas itu disimpan dalam ruang tertutup dan karbondioksida yang dikeluarkan oleh organisme dalam ruang tertutup itu diikat, maka penyusutan udara akan terjadi.

B.  Saran 
Gunakan sampel jangkrik dengan ukuran tubuh/berat lebih besar. Tubuh/berat lebih besar membutuhkan oksigen lebih banyak sehingga gerakan eosin lebih mudah diamati.
 Tambahkan NaOH lebih banyak agar mengikat CO2 lebih cepat.





Daftar Pustaka 
http://segalainfo77.blogspot.co.id/2014/03/praktikum-respirasi-pada-serangga.html?m=1
http://desywidyan.blogspot.co.id/2015/02/laporan-praktikum-biologi-mengukur.html?m=1
https://www.google.co.id/search?biw=360&bih=519&tbm=isch&sa=1&ei=dlauWIz7B8m70ATLlZeoDQ&q=Respirasi+pada+serangga+&btnG=
http://googleweblight.com/?lite_url=http://www.edubio.info/2016/01/sistem-pernapasan-serangga.html?m%3D1&ei=mAHFG6XM&lc=id-ID&s=1&m=55&host=www.google.co.id&ts=1487824790&sig=AJsQQ1DgHI7Y84NJjN4EqxpwUoyIm-znJw


1 komentar:

  1. Free Spins No Deposit Casino site!
    The reason is that the free spins free spin bonus is for all choegocasino players who like playing slots online. The free spins no deposit bonus is the 1xbet most popular type 메리트 카지노 주소 of

    BalasHapus